Lokasi masjid berada di desa siring
kecamatan Jabon sidoarjo, yang merupakan daerah terdampak dari luapan
lumpur panas Lapindo sidoarjo. Masjid ini merupakan simbol kembalinya
harapan dan impian masyarakat korban luapan lumpur akan sebuah kehidupan
yang lebih baik pasca terjadinya luapan lumpur di Sidoarjo. Sesuai
dengan namanya sendiri Al – Fattah yang artinya ‘pembuka’, masjid ini
menjadi pembuka harapan tersebut. Dari situlah ide untuk memakai lumpur
sebagai material utama dalam membangun masjid ini muncul. Lumpur yang
tidak terpisahkan dengan kehidupan masyarakat korban luapan tersebut di
jadikan sebagai sesuatu yang bisa bermanfaat bagi masyarakat. Sehingga
konsep yang paling tepat untuk masjid ini adalah ‘sustainable design
with sustainable material’.
Dimana material lokal yang berasal dari
sisa endapan lumpur panas kami jadikan bahan baku batu bata dan geo
polymer (campuran beton). Menurut Riset dari Universitas Kyoto Jepang,
Batu bata lumpur panas telah terbukti aman digunakan sebagai material
bangunan. Juga sebagai bahan campuran geo polymer (campuran beton).
Sedangkan hasil penelitian DR. Ir. Vincentius Totok Noerwarsito, MT, dosen Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan ITS menyebutkan bahwa, batu bata dari bahan dasar Lumpur sidoarjo memiliki kuat tekan hingga 30 – 40 kg/cm2, lebih bagus daripada batu bata tanah liat yang hanya memiliki kuat tekan sekitar 20 kg/ cm2 .
Juga mampu mereduksi panas matahari
hingga 3 derajat Celcius di bandingkan batu bata tanah liat
biasa. Sehingga baik bila di pakai untuk bagunan. Untuk membuktikan hal
tersebut, seluruh material batu bata tanah liat kami ganti dengan
material batu bata lapindo, dan kami sengaja meng-eksposenya sehingga
bisa terlihat secara langsung serta bisa mencitrakan keindahan material
lokal.
Bencana alam tersebut memberikan
pengalaman dan perubahan kehidupan masyarakat sekitar. Dengan adanya
pengaruh sosial terhadap bencana alam gunung lumpur panas tersebut, maka
konsep masa kami ibaratkan sebuah keutuhan bangunan yang telah
retak dan menimbulkan celah / pecahan.
Nuansa memoriabel dan keangungan Allah
SWT ingin dicitrakan dalam desain interior masjid Al-fattah ini. Seakan
memberikan pembelajaran bagi kita semua bahwa semua yang terjadi di muka
bumi ini tidak lepas dari kehendak Allah SWT, tinggal bagaimana kita
bisa mengambil hikmah dalam setiap kejadian. Desainnya sendiri merupakan
refleksi kearifan material lokal yang di padu dengan desain yang
atraktif sehingga menjadikan sebuah gagasan yang baru dalam bangunan
ibadah.
Cowakan dinding menceritakan sebuah celah
sinar cahaya (dari Allah SWT) yang memberikan secercah harapan pada
masyarakat sekitar khususnya. Mihrab merupakan ‘vocal point’ karena
bentukan cowakan yang menerus hingga void masjid menjadikannya titik
orientasi. Sinar cahaya yang masuk menciptakan sensasi ruang yang
berbeda dengan masjid / tempat ibadah pada umumnya. Sirkulasi udara dan
cahaya lebih baik, selain tinggi plafond yg monumental, terdapat ‘ water
reflection’ pada saff terdepan. Kolam tersebut menjadikan ‘soft
element’ / penyejuk bangunan secara pasif. Padu padan sebuah karya
modern dengan kearifan lokal material menjadikan sebuah karya yang
bernilai.
Nama Proyek: Al – Fattah Mosque
Tahun: 2011
Lokasi: Desa Siring Kec. Jabon, Porong, Sidoarjo
Status Proyek: Pra Rencana
Arsitek: Ricko Pradiantoro, ST
Konsultan Arsitek: Andy Rahman Architect
HASIL KARYA ANDY RAHMAN YANG LAINYA
Posted in:
architect,
arsitek profesional,
arsitektur,
bangunan,
consultant architect,
Definisi Arsitektur,
desain rumah minimalis,
eksterior desain,
interior desain,
residential,
Rumah,
Rumah Islami.
Rumah Tumbuh adalah sebuah solusi cerdas dalam membangun rumah impian di
kota besar dengan dana yang terbatas. Rumah tumbuh adalah berpikir
jangka panjang dengan tanpa mengorbankan keinginan ideal meskipun dana
yang kita miliki sekarang tidak mencukupi. Membangun rumah dengan konsep
rumah tumbuh akan membuat kita lebih bijak serta tidak bekerja dua kali
dalam merealisasikan mimpi kita untuk memiliki rumah yang ideal. Itulah
salah satu alasan klien kami menginginkan rumahnya di desain dengan
konsep rumah tumbuh.
Selain pemikiran jangka panjang akan
keinginan memiliki sebuah rumah idaman, mereka juga berpikir bagaimana
caranya untuk tidak terlalu memaksakan diri untuk memiliki rumah idaman
tersebut. Caranya ialah dengan membangun rumah secara bertahap, sesuai
dengan kemampuan keuangan serta kebutuhan ruang yang ada sekarang.
Kemudian nantinya akan bertambah ruang – ruangnya sesuai dengan
kebutuhan tanpa harus membongkar lagi, sedangkan rumah tetap sehat dan
secara struktural tetap kuat.
Desain fasad rumah ini sengaja di rancang
seolah-olah selesai, sehingga tampilannya tetap menarik. Sedangkan
untuk atapnya sendiri merupakan dak yang nantinya akan menjadi dak
lantai 2, jadi tidak perlu memakai atap genteng. kalau di perhatikan
sekilas, rumah ini adalah rumah 1 lantai dengan atap dak. Pemilihan
warna dan bentuk merupakan murni rekomendasi dari tim arsitek, setelah
melakukan survey ke lokasi. Bentuk dan warna yang dipilih sengaja untuk
menjadikan rumah ini tampil lebih modern, bersih dan ‘eye catching’.
Sedangkan aksen warna hijau toska membuat rumah ini terlihat lebih
segar.
Berada di lahan yang cukup terbatas,
hanya memiliki luas lahan 8×12 m2. Rumah yang beralamatkan di perumahan
Griya Karya Sedati Permai Blok I/5 Sidoarjo ini awalnya adalah rumah
tipe 36. Klien lalu ingin merenovasi rumahnya dengan mengusung konsep
‘Rumah Tumbuh’. Klien adalah pasangan suami istri dengan 3 orang anak
yang masih kecil. Sehingga secara kebutuhan ruang hanya memerlukan 2
kamar tidur saja, karena 2 orang anaknya yg pertama adalah laki-laki
sehingga bisa tidur 1 kamar, sedangkan putrinya yg paling kecil baru
berusia 4 tahun, sehingga sementara masih bisa tidur sekamar dengan
orang tua mereka. Rencana jangka panjang mereka adalah, kalau anak-anak
sudah menginjak usia remaja, maka membutuhkan ruang sendiri – sendiri,
sehingga pada saat itu kamar yang di butuhkan keluarga ini adalah 4
kamar tidur.
Pada penataan denah, ruang-ruang
dirancang secara proporsional dengan luasan yang di sesuaikan kebutuhan
dan lahan yang tersedia. Ruang-ruang tersebut sebisa mungkin
menghilangkan dinding penyekat khususnya di daerah ruang tamu, ruang
keluarga / ruang makan dan dapur. Ruang tamu dan ruang keluarga / ruang
makan hanya di beri perceptual space sehingga ruang-ruang jadi terasa
lebih luas.
Akses kedalam rumah dibuat tidak hanya 1
melainkan 3, hal ini untuk memudahkan penghuni rumah untuk masuk ke
dalam rumah bila ada tamu yang berkunjung. Dapur berada di area depan,
untuk mempermudah akses ketika habis belanja, tanpa perlu melewati ruang
tamu dan ruang keluarga/ruang makan.
Keberadaan open space di bagian belakang sangatlah penting, untuk
memasukkan cahaya dan udara ke kamar tidur utama, kamar mandi musholla
dan ruang keluarga. Hasilnya rumah jadi terang dan nyaman.
Nama Proyek: Growing House
Lokasi Proyek: Griya Karya Sedati Permai Blok I/5, Sidoarjo
Luas Tanah/Banguan: 96/100 m2, Tahun: 2011, Arsitek: Andy Rahman. A, ST. IAI